KALIMAT EFEKTIF

KALIMAT EFEKTIF

A. KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif mampu  menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya seperti apa yang dimaksudkan oleh penulis.

Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika memiliki beberapa syarat sebagai berikut:

  1. Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya.
  2. Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis.
  3. Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya dengan tepat.
  4. Sistematis dan tidak bertele-tele.

Prinsip-Prinsip Kalimat Efektif:

Kalimat efektif memiliki prinsip-prinsip yang harus dipenuhi yaitu kesepadanan, kepararelan, kehematan kata, kecermatan, ketegasan, kepaduan dan kelogisan kalimat. Prinsip-prinsip kalimat efektif tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1. Kesepadanan Struktur

Kespadanan adalah keseimbangan antara gagasan atau pemikiran dengan struktur bahasa yang dipakai dalam kalimat. Kesepadanan dalam kalimat ini diperlihatkan dengan adanya kesatuan gagasan dan kesatuan pikiran. Ciri-ciri kalimat yang memiliki kesepadanan struktur, yaitu:

  1. Memiliki subjek dan predikat yang jelas

Contoh:

Bagi semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegiatan study tour.  (Tidak efektif)

Semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegaiatan study tour.  (Efektif)

Untuk menghindari ketidak jelasan subjek, hindarilah pemakaian kata depan

(Preposisi) di depan Subjek.

  1. Tidak memiliki subjek yang ganda di dalam kalimat tunggal.

Contoh:

Pembangunan Jalan itu kami dibantu oleh semua warga desa.  (Tidak Efektif)

Dalam membangun jembatan itu, kami dibantu oleh semua warga desa.  (Efektif)

2. Kepararelan Bentuk

Kalimat efektif memiliki kesamaan bentuk kata yang digunakan di dalam kalimat. Yang dimaksud dengan kesamaan bentuk kata adalah jika kata pertama berbentuk verba, maka kata selanjutnya berbentuk verba. Namun, jika kata pertama berbentuk nomina, maka kata selanjutnya berbentuk nomina.

Contoh:

Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan pengaplikasian definisi kaliamt efektif.  (Tidak Efektif)

Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan mengaplikasikan definisi kalimat efektif.   (Efektif)

B. KESALAHAN KALIMAT

Berikut akan kita lihat kalimat-kalimat yang tidak efektif dan kita akan mencoba membetulkan kesalahan pada kalimat-kalimat itu. Beberapa jenis kesalahan dalam menyusun kalimat antara lain:

1. Pleonastis

Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu. Contoh-contoh kalimat yang mengandung kesalahan pleonastis antara lain:

  • Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.

Kalimat ini seharusnya: Banyak tombol yang dapat Anda gunakan.

  • Kita harus saling tolong-menolong.

Kalimat ini seharusnya: Kita harus saling menolong, atau Kita seharusnya tolong-menolong.

  1. Kontaminasi

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:

Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.

Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran –nya dihilangkan.

Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.

  1. Salah pemilihan kata

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan kata dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:

Saya mengetahui kalau ia kecewa.

Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa.

  1. Salah nalar

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan nalar dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:

Bola gagal masuk gawang.

Seharusnya: Bola tidak masuk gawang.

  1. Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)
  • Bahasa asing

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa asing terlihat pada kalimat berikut:

Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.

Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat berikut:

I live in Semarang where my mother works.

Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:

Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.

  • Bahasa daerah

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa daerah dapat kita lihat pada kalimat berikut:

Anak-anak sudah pada datang.

Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:

Anak-anak sudah datang.

Contoh lain pengaruh bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, juga dapat kita lihat pada kalimat berikut. Penulis menemukan contoh ini dari sebuah rubrik di tabloid anak-anak Yunior.

Masuknya keluar mana? (Jawa: Mlebune metu endi?)

Kita sebaiknya mengganti kalimat tersebut dengan: Masuknya lewat mana?

  1. Kata depan yang tidak perlu

Sering kali kita membuat kalimat yang mengandung kata depan yang tidak perlu seperti pada kalimat berikut:

Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.

Agar menjadi efektif, sebaiknya kita menghilangkan kata depan di, sehingga kalimatnya menjadi:

Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.

Ada beberapa hal yang mengakibatkan suatu tuturan menjadi kurang efektif, antara lain:

  1. Kurang padunya kesatuan gagasan.

Setiap tuturan terdiri atas beberapa satuan gramatikal. Agar tuturan itu memiliki kesatuan gagasan, satuan-satuan gramatikalnya harus lengkap dan mendukung satu ide pokoknya. Kita bisa melihat pada contoh berikut:

Program aplikasi MS Word dapat Anda gunakan sebagai pengolah kata. Dengan program ini Anda dapat melakukan berbagai aktivitas perkantoran seperti mengetik surat atau dokumen. MS Word adalah produk peranti lunak keluaran Microsoft.

Kalimat-kalimat pada contoh tersebut tidak mempunyai kesatuan gagasan. Seharusnya setelah diungkapkan gagasan tentang “fungsi MS Word” pada kalimat pertama, diungkapkan gagasan lain yang saling bertautan.

  1. Kurang ekonomis pemakaian kata.

Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam tuturan. Sebaiknya kita menghindari kata yang tidak diperlukan benar dari sudut maknanya, misalnya:

  • membicarakan tentang transmigrasi

Seharusnya: membicarakan transmigrasi

  • sudah pada tempatnya apabila

Seharusnya: sudah selayaknya apabila

  • Depresi ekonomi bukan hanya dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah, tetapi juga dirasakan oleh kelompok elite pribumi.

Seharusnya: Depresi ekonomi dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah dan kelompok elite.

Atau: Depresi ekonomi dirasakan kaum pribumi di semua lapisan.

  1. Kurang logis susunan gagasannya.

Tulisan dengan susunan gagasan yang kurang logis dapat kita lihat pada contoh berikut:

Karena zat putih telurnya itulah maka telur dan dagingnya ayam itu sangat bermanfaat untuk tubuh kita. Semua makhluk dalam hidupnya memerlukan zat putih telur, manusia untuk melanjutkan hidupnya perlu akan zat putih telur.

Kita dapat membuat tulisan itu menjadi efektif seperti berikut:

Semua makhluk hidup memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan daging ayam. Manusia adalah makhluk hidup. Jadi, manusia memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan daging ayam untuk melanjutkan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa telur dan daging ayam sangat bermanfaat bagi tubuh.

  1. Pemakaian kata-kata yang kurang sesuai ragam bahasanya.

Pemakaian bahasa tidak baku hendaknya dihindari dalam ragam bahasa keilmuan.

  • Penulis menghaturkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Gatot A.S atas bimbingannya dalam menyelesaikan buku ini.
  • Sehubungan dengan hal itu Takdir Alisyahbana bilang bahwa hal bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa internasional.

Pemakaian kata menghaturkan dan bilang tidak tepat untuk ragam bahsa keilmuan, sehingga kata-kata tersebut sebaiknya diganti dengan mengucapkan dan mengatakan.

  1. Konstruksi yang bermakna ganda.

Suatu kalimat dipandang dari sudut tata bahasanya mungkin tidak salah, namun kadang-kadang mengandung tafsiran ganda (ambigu) sehingga tergolong kalimat yang kurang efektif. Kalimat yang memiliki makna ganda dapat kita lihat pada kalimat-kalimat:

  • Istri kopral yang nakal itu membeli sepatu.

Unsur yang nakal itu menerangkan istri atau kopral ? Jika yang dimaksud nakal adalah istri, maka kalimat itu seharusnya menjadi:

Istri yang nakal kopral itu membeli sepatu.

  • Penyuluh menerangkan cara beternak ayam baru kepada para petani.

Kata baru pada kalimat itu menerangkan kata ayam atau cara beternak? Jika kata baru menerangkan cara beternak, kalimat itu menjadi lebih baik seperti kalimat berikut:

Penyuluh menerangkan cara baru beternak ayam kepada para petani.

  1. Penyusunan kalimat yang kurang cermat.

Penyusunan yang kurang cermat dapat mengakibatkan nalar yang terkandung di dalam kalimat tidak runtut sehingga kalimat menjadi kurang efektif.

Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah untuk mengelola sejumlah manusia memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.

Kalimat tersebut dapat diperbaiki seperti berikut:

  • Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan, yakni pengelolaan sejumlah manusia, memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.
  • Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah pengelolaan sejumlah manusia. Hal ini memerlukan keprihatinan dan dedikasi yang tangguh.
  1. Bentuk kata dalam perincian yang tidak sejajar.

Dalam kalimat yang berisi perincian, satuan-satuan dalam perincian itu akan lebih efektif jika diungkapkan dalam bentuk sejajar. Jika dalam suatu kalimat perincian satu diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat, perincian lainnya juga diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat juga (sejajar).

Contoh kalimat yang perinciannya tidak sejajar:

  • Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, mengklasifikasikan data, dan menganalisis data.

Seharusnya:

Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, pengklasifikasian data, dan penganalisisan data.

  • Dengan penghayatan yang sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.

Seharusnya:

Dengan menghayati secara sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.

Atau:

Dengan penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.

C. PENALARAN KALIMAT

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.

Pengertian Penalaran Menurut Para Ahli:

Bakry (1986:1) menyatakan bahwa Penalaran atau Reasoning merupakan suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui.

Suriasumantri (2001:42) mengemukakan secara singkat bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan.

Keraf (1985:5) berpendapat bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.

  • PENALARAN DEDUKTIF

Penalaran Deduktif merupakan suatu proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah ada menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan. Penalaran deduktif juga merupakan proses penalaran untuk menarik kesimpulan dari hal-hal atau fakta-fakta yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus.

Ciri Penalaran Deduktif

  1. Letak kalimat utama di awal paragraf.
  2. Diakhiri dengan penjelasan
  3. Diawali dengan pernyataan umum disusul dengan uraian atau penjelasan khusus.

Contoh Kalimat Penalaran Deduktif

  1. Semua manusia akan wafat (premis mayor)
  2. Rio adalah seorang manusia yang memiliki jiwa baik (premis minor)
  3. Jadi, Rio akan wafat (konklusi), (*konklusi lebih sempit dari premis)
  • PENALARAN INDUKTIF

Penalaran Induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.

Ciri Penalaran Induktif

  1. Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
  2. Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
  3. Kesimpulan terdapat di akhir paragraph
  4. Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraph
  5. Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama

Contoh Kalimat Penalaran Induktif

  1. Kucing mempunyai kelanjar susu untuk menyusui anaknya.
  2. Sapi mempunyai kelenjar susu untuk menyusui anaknya.
  3. Anjing mempunyai kelenjar susu untuk menyusui anaknya.

Kesimpulan : Semua hewan yang mempunyai kelenjar susu dapat menyusui anaknya.

D. KEHEMATAN ATAU EKONOMI BAHASA

Kehematan atau ekonomi bahasa adalah penulisan kalimat yang berlangsung menyampaikan gagasan atau pesan kalimat secara jelas, lugas, dan logis.
Perhatikanlah contoh berikut, yaitu kalimat kurang memperhatikan ekonomi bahasa :
1. Dalam ruangan ini kita dapat menemukan barang-barang, antara lain seperti meja, kursi, buku, lampu, dan lain-lain
2. Karena modal di bank terbatas, sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit

Perbaikan kalimat yang memperhatikan ekonomi bahasa berikut :
1. Dalam ruangan ini kita dapat menemukan meja, kursi, buku, lampu, dan lain-lain.
2. Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.

E. DAFTAR KONJUNGSI BAHASA

Pengertian Kata Penghubung

Kata penghubung disebut juga konjungsi atau kata sambung, yang berarti kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa (Hasan Alwi, dkk., 2003: 296). Dalam pengertian lainnya, konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi (Harimurti, 2007: 102).

 – Jenis-jenis Kata Penghubung
Dilihat dari fungsinya dapat dibedakan dua macam kata penghubung sebagai berikut:

(1) Kata penghubung yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya setara. Kata penghubung ini dibedakan lagi menjadi kata penghubung yang:

(a) menggabungkan biasa, yaitu dan, dengan, serta.
(b) menggabungkan memilih, yaitu atau.
(c) menggabungkan mempertentangkan, yaitu tetapi, namun, sedangkan, sebaliknya.
(d) menggabungkan membetulkan, yaitu melainkan, hanya.
(e) menggabungkan menegaskan, yaitu bahwa, malah, lagipuula, apalagi, jangankan.
(f) menggabungkan membatasi, yaitu kecuali, hanya.
(g) menggabungkan mengurutkan, yaitu lalu, kemudian, selanjutnya.
(h) menggabungkan menyamakan, yaitu yaitu, yakni, adalah, bahwa, ialah.
(i) menggabungkan menyimpulkan, yaitu jadi, karena itu, oleh sebab itu.

(2) Kata penghubung yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya bertingkat. Kata penghubung ini dibedakan lagi menjadi kata penghubung yang menggabungkan:

(a) menyatakan sebab, yaitu sebab, karena.
(b) menyatakan syarat, yaitu kalau, jikalau, jika, bila, apabila, asal.
(c) menyatakan tujuan, yaitu agar, supaya.
(d) menyatakan waktu, yaitu ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, tatkala.
(e) menyatakan akibat, yaitu sampai, hingga, sehingga.
(f) menyatakan sasaran, yaitu untuk, guna.
(g) menyatakan perbandingan, yaitu seperti, laksana, sebagai.
(h) menyatakan tempat, yaitu tempat.
Jika dilihat dari kedudukannya konjungsi dibagi dua, yaitu konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif.

  1. Konjungsi Koordinatif
    Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang kedudukannya sederajat atau setara (Abdul Chaer, 2008: 98). Contoh:
    danpenanda hubungan penambahan
    serta penanda hubungan pendampingan
    atau penanda hubungan pemilihan
    tetapi penanda hubungan perlawanan
    melainkan penanda hubungan perlawanan
    padahal penanda hubungan pertentangan
    sedangkan penanda hubungan pertentangan
    Konjungsi koordinatif agak berbeda dengan konjungsi lain, karena selain menghubungkan klausa juga menghubungkan kata. Seperti contoh berikut:
    (a) Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu.
    (b) Aku yang datang ke rumahmu atau kamu yang datang ke rumahku?
    (c) Dia terus saja berbicara, tetapi istrinya hanya terdiam saja.
    (d) Andi pura-pura tidak tahu, padahal tahu banyak.
    (e) Ibu sedang mencuci baju, sedangkan Ayah membaca Koran.
  1. Konjungsi Subordinatif
    Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat (kalusa) yang kedudukannya tidak sederajat (Abdul Chaer, 2008: 100). Konjungsi subordinatif dibagi menjadi tiga belas kelompok sebagai berikut:
    Konjungsi suordinatif waktu:sejak, semenjak, sedari, sewaktu, tatkala, ketika, sementara, begitu, seraya, selagi, selama, serta, sambil, demi, setelah, sesudah, sebelum sehabis, selesai, seusai, hingga, sampai.
    2. Konjungsi subordinatif syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala.
    3. Konjungsi subordinatif pengandaian: andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya.
    4. Konjungsi subordinatif tujuan: agar, supaya, biar.
    5. Konjungsi subordinatif konsesif: biar(pun), walau(pun), sekalipun, sungguhpun, kendati(pun).
    6. Konjungsi subordinatif pembandingan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, daripada, alih-alih.
    7. Konjungsi subordinatif sebab: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab.
    8. Konjungsi subordinatif hasil: sehingga, sampai(sampai), maka(nya).
    9. Konjungsi subordinatif alat: dengan, tanpa.
    10. Konjungsi subordinatif cara: dengan, tanpa.
    11. Konjungsi subordinatif komplementasi: bahwa
    12. Konjungsi suboerdinatif atributif: yang
    13. Konjungsi subordinatif perbandingan: sama …. dengan, lebih …. dari(pada)

F. DAFTAR PREPOSISI BAHASA

Preposisi atau kata depan adalah kata yang secara sintaksis terdapat di depan nomina, adjektiva, atau adverbia dan secara semantis menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan dan di belakang preposisi tersebut. Preposisi berada di depan nomina, adjektiva, atau adverbia, sehingga terbentuk frasa preposisional.

Bentuk preposisi

  1. Preposisi ‘tunggal’ terdiri dari satu kata.
    1. Preposisi yang berupa kata dasar terdiri dari satu morfem (monomorfemis). Daftar: akan, antara, bagi, buat, dari,demi, dengan, di, hingga, ke, kecuali, lepas, lewat, oleh, pada, per, peri, sampai, sejak, semenjak, seperti, serta,tanpa, tentang, untuk.
    2. Preposisi yang berupa kata berafiks(polimorfemis) dibentuk dengan menambahkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar yang bisa berupa verba, adjektiva, atau nomina.
      1. Preposisi yang berupa kata berprefiks, daftar: bersama, beserta, menjelang, menuju, menurut, seantero,sekeliling, sekitar, selama, sepanjang, seputar, seluruh, terhadap.
      2. Preposisi yang berupa kata bersufiks, daftar: bagaikan.
      3. Preposisi yang berupa kata berprefiks dan bersufiks, daftar: melalui, mengenai.
    3. Preposisi ‘gabungan’ atau ‘majemuk’ terdiri atas dua preposisi yang berdampingan atau berkolerasi.
      1. Preposisi yang ‘berdampingan’ terdiri dari dua preposisi yang letaknya berurutan, baik digabungkan menjadi satu kata atau tetap terpisah menjadi dua kata. Daftar: daripada, kepada, oleh karena, oleh sebab, sampai ke, sampai dengan, selain dari.
      2. Preposisi yang ‘berkorelasi’ terdiri dari dua unsur yang dipakai berpasangan, tetapi terpisah oleh kata atau frasa lain. Daftar: antara … dengandari … hinggadari … sampai dengandari … sampai kedari … sampaidari … kesejak … hinggasejak … sampai.
      3. Preposisi dengan nomina lokatif bergabung dengan dua nomina (FN) yang nomina pertamanya (N1) mempunyai ciri lokatif atau menunjukkan lokasi (Prep + FN (N1 + N2). Contoh: di (atas meja), ke (dalam rumah), dari (sekitar kampus), dll.. Sebagian dari kelompok N1 maupun N2 ada yang wajib muncul dan ada pula yang manasuka. Berikut adalah frasa preposisional yang dapat muncul tanpa N2 jika konteks kalimat atau situasinya jelas: di depan, di muka, di pinggir, di samping, di sebelah, di tengah, ke depan, ke muka, ke pinggir, ke samping, ke sebelah, ke tengah, dari depan, dari muka, dari pinggir, dari samping, dari sebelah, dari tengah

Peran semantis

  1. Penanda hubungan ‘tempat’: di, ke, dari.
  2. Penanda hubungan ‘peruntukan’: bagi, untuk.
  3. Penanda hubungan ‘sebab’: karena, sebab.
  4. Penanda hubungan ‘kesertaan’ atau ‘cara’: dengan, sambil, beserta, bersama.
  5. Penanda hubungan ‘pelaku’: oleh.
  6. Penanda hubungan ‘waktu’: pada, hingga, sampai, sejak, semenjak, menjelang.
  7. Penanda hubungan ihwal peristiwa: tentang, mengenai.
  8. Penanda hubungan ‘milik’: dari.

SOURCE: 1 23 – 4 5

Leave a comment